Janganlah Menjadi Gelas
Seorang
guru menghampiri muridnya ketika jam pelajaran selesai. Ada salah
seorang murid yang belakangan ini wajah nya selalu murung.
“Kenapa
kau selalu murung nak,,? bukankah banyak hal yang indah didunia ini..?
Kemana perginya wajah bersyukur mu..” sang guru bertanya.
“Pak
dan.. belakangan ini hidupku penuh dengan masalah.. sulit bagi saya
untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habisnya… ” Jawabnya.
Sang
guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan 2 genggam garam. Bawalah
kemari biar ku perbaiki suasana hatimu..” Simurid pun beranjak pelan
tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi
membawa gelas dan 2 genggam garam di tangannya.
“Coba ambil segenggam garam dan masukan ke segelas air itu..” Kata sang guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.” Simurid pun melakukannya. Wajahnya pun kini meringis karena meminum air asin.
“Bagai
mana rasanya.?” Tanya sang guru. “Asin, dan perutku jadi mual,” Jawab
simurid dengan wajah yang masih meringis. Sang guru terkekeh – kekeh
melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. “Sekarang kau ikut aku..”
Sang guru membawa muridnya ke danau didekat tempat mereka.
“Ambil
garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.” Si murid menebarkan
segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin
dimulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya,
tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah dihadapan guru, begitu
pikirnya.
“Sekarang
kamu coba minum air danau itu..” Kata sang guru sambil menyari batu
yang cukup datar untuk didudukinya, tepat dipinggir danau. Si murid
menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau dan membawanya
kemulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar
mengalir ditenggorokannya, sang guru bertanya kepadanya. “Bagai mana
rasanya..?”
“Segar,
segar sekali..” Kata si murid sambil mengelap mulutnya dengan punggung
tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air diatas
sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. Dan sudah pasti
air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa dimulutnya.
“Terasakah
rasa garam yang kau tebarkan tadi..?” “tidak sama sekali” Kata si murid
sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang guru hanya tersenyum
memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak,,”
Kata sang guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam
hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya
segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang kamu alami
sepanjang kehidupanmu itu, sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk
dirimu.
Jumlah
tetap, segitu – segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah.
Setiap manusia yang lahir kedunia pun demikian. Tidak ada satupun
manusia, walaupun dia seorang nabi, yang bebas dari penderitaan dan
masalah.”
Si
murid terdiam, mendengarkan. “Tapi nak, ‘rasa asin’ dari penderitaan
yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu'(hati) yang
menampungnya. Jadi nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah
menjadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”
Kesimpulannya..
janganlah berpikiran sempit, karena kita punya 2 mata juga otak untuk
berpandangan luas. Pandanglah kedepan seluas – luasnya. Maka, masalah
yang anda hadapi akan terasa lebih mudah. (walaupun butuh pengorbanan).
Sekali lagi,, janganlah menjadi Gelas…..
Sekali lagi,, janganlah menjadi Gelas…..
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan teman-teman berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar :)